Qays
Berlalu masa, saat orang-orang meminta pertolongan padaku
Dan sekarang, adakah seorang penolong yang akan
mengabarkan rahasia jiwa pada Layla ?
Wahai Layla, Cinta telah membuatku lemah tak berdaya
Seperti anak hilang, jau dari keluarga dan tidak memiliki harta
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu dan bebatuan itu akan hancur,
berserak bagai pacahan kaca
Begitulah cinta yang engkau bawa padaku
Dan kini hatiku telah hancur binasa
Hingga orang-orang memanggilku si dungu yang suka
merintih dan menangis
Mereka mengatakan aku telah tersesat
Duhai, mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan
diterpa panas mentari
Bagiku cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata
Remaja manakah yang dapat selamat dari api cinta?
Layla
Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian
Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita
Sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa asmara
tersimpan di dalam hati
Qays
Layla telah dikurung, dan orang tuanya mengancamku,
Dengan niat jahat lagi kejam, aku tidak bisa bertemu
lagi
Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku,
Bukan karena apapun juga, hanya karena aku
mencintai Layla
Mereka menganggap cinta adalah dosa
Cinta bagi mereka adalah noda yang harus dibasuh
hingga bersih
Padahal kalbuku telah menjadi tawanannya
Dan ia juga merindukanku
Cinta masuk ke dalam sanubari tanpa kami undang
Ia bagaikan ilham dari langit yang menerobos dan bersemayam dalam jiwa kami
Dan kini kami akan mati karena cinta asmara yang telah
melilit seluruh jiwa
Katakanlah padaku, pemuda mana yang bisa bebas dari
penyakit cinta?
Qays
Wahai Layla kekasihku
Berjanjilah pada keagungan cinta agar sayap jiwamu
dapat terbang bebas
Melayanglah bersama cinta laksana anak panah menuju
sasaran
Cinta tidak pernah membelenggu
Karena cinta adalah pembebas, yang akan melepaskan
buhul-buhul keberadaan
Cinta adalah pembebas dari segala belenggu
Walau dalam cinta, setiap cawan adalah kesedihan
Namun jiwa pecinta akan memberi kehidupan baru
Banyak racun yang harus kita teguk untuk menambah
kenikmatan cinta,
Atas nama cinta, racun yang pahit pun terasa manis
Bertahanlah kekasihku, dunia diciptakan untuk kaum
pecinta
Dunia ada karena ada cinta.
Qays
“Wahai angina sampaikan salamku pada Layla!
Tanyakan padanya apakah dia masih mau berjumpa
denganku?
Apakah ia masih memikirkan diriku?
Bukankah telah kukorbankan kebahagiaanku demi
dirinya?
Hingga diri ini terlunta-lunta, sengsara di padang pasir
gersang
Wahai kesegaran pagi yang murni dan indah!
Maukah engkau menyampaikan salam rindu pada
kekasihku.
Belailah rambutnya yang hitam berkilau
Untuk mengungkapkan dahaga cinta yang memenuhi
hatiku
Wahai angina, maukah engkau membawakan
keharuman rambutnya padaku
Sebagai pelepas rindu
Sampaikan pada gadis yang memikat hati itu
Betapa pedih rasa hatiku jika tidak bertemu dengannya
Hingga tak kuat lagi aku menanggung beban kehidupan
Aku merangkak melintasi padang pasir
Tubuh berbalut debu dan darah menetes
Air mataku pun terlalu kering
Karena selalu meratap dan merindukannya
Duhai semilir angina pagi, bisikkan dengan lembut
salamku
Sampaikan padanya pesanku ini :
Duhai Layla, bibirmu yang selaksa merah delima
Mengandung madu dan memancarkan keharuman
surga
Membahagiakan hati yang memandang
Biarkan semua itu menjadi milikku!
Hatiku telah dikuasai oleh pesona jiwamu
Kecantikanmu menusuk hatiku laksana anak panah
Hingga sayap yang sudah patah ini tidak mungkin dapat
terbang
Berbagai bungan warna-warni menjadi layu dan mati
Karena cemburu pada kecantikan parasmu yang
bersinar
Engkau laksana dewi dalam gelimang cahaya
Surgapun akan tertarik untuk mencuri segala keindahan
yang engkau miliki
Karena engkau terlalu indah dan terlalu berharga untuk tinggal di bumi!
Duhai Layla, dirimu selalu dalam pandangan
Siang selalu kupikirkan dan malam selalu menghiasi mimpi
Hanya untukmu seorang jiwaku rela menahan
kesedihan dan kehancuran
Jeritanku menembus cakrawala
Memanggil namamu sebagai pengobat jiwa, penawar
Kalbu
Tahukah engkau, tahi lalat di dagumu itu seperti sihir
yang tidak bisa aku hindari
Ia menjadi seumber kebahagiaan yang telah memikatku
untuk selalu mengenangmu
Membuat insane yang lemah ini tidak lagi mempunyai
jiwa
Karena jiwaku telah tergadaikan oleh pesonamu yang
memabukkan
Jiwaku telah terbeli oleh gairah dan kebahagiaan cinta
yang engkau berikan
Dan demi rasa cintaku yang mendalam
Aku rela berada di puncak gunung salju yang dingin
seorang diri
Berteman lapar, menahan dahaga
Wahai kekasihku, hidupku yang tidak berharga ini suatu
saat akan lenyap
Tetapi biarkan pesonamu tetap abadi selamanya adi
hatiku
Qays
Duhai, betapa besar bahaya yang menghadang agar
dapat berjumpa denganmu
Kukorbankan semua yang aku miliki
Kuubah diriku, hingga engkau pun tidak mengenaliku
Kuayunkan langkah dengan tetes air mata
Dan setelah memasuki perkampunganmu
Kubuang semua tanda-tanda yang membuat orang
mengenaliku
Kuikat diriku dengan rantai, bagai budak belian
Berjalan sambil menengadahkan tangan, meminta
sedekah
Dan bocah-bocah itu tidak suka melihatku
Mereka berkumpul mengelilingiku
Menghardik dan melempariku, seperti anjing berbahaya.
Kini aku datang di dekatmu
Duhai Layla, tak mampu kutahan air mata yang menetes
Kasihanilah kelemahanku
Karena begitu berat penderitaanku
Qays
Kerabat dan handai-taulan mencelaku
Karena aku telah dimabukkan oleh kecantikan Layla
Ayah, putera-puteri paman dan bibi
Mencela dan menghardik diriku
Mereka tidak mampu membedakan cinta dengan hawa
nafsu
Nafsu mengatakan pada mereka, keluarga kami
berseteru
Mereka tidak tahu, dalam cinta tidak ada seteru atau
sahabat
Cinta hanya mengenal kasih sayang
Kubertanya dalam kalbu, ada pakah gerangan?
Keluarga Layla tak akan menjual anak gadisnya
Berapapun harga yang ditawarkan
Dan keluargaku tak hendak membeli
Semoga Allah menakdirkan kebaikan bagi kami
Dengan kerinduan mendalam yang selalu aku
simpan
Semoga kelak kami dipertemukan
Tidakkah mereka mengetahui?
Kini jiwaku telah terbagi
Satu belahan adalah diriku
Sedang yang lain telah ku isi untuknya
Tiada bersisa selain untuk kami.
Wahai burung-burung merpati yang terbang di
angkasa
Wahai negeri Irak yang damai
Tolonglah aku
Sembuhkanlah rasa gundah-gulana yang membuat
kalbu tersiksa
Dengarkanlah tangisanku, suara batinku
Duhai, mereka menyampaikan kabar buruk
Layla sakit karena guna-guna
Mereka tidak tahu, sesungguhnya akulah tabib yang
ia perlukan
Akulah yang mampu mengobati penyakitnya
Waktu terus berlalu, usia semakin menua
Namun jiwaku yang telah terbakar rindu
Belum sembuh jua
Bahkan semakin parah
Bila kami ditakdirkan berjumpa
Akan kugandeng lengannya
Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian
Sambil memanjatkan doa-doa pujian pada Allah
Ya Raab, telah kaujadikan Layla
Angan-angan dan harapanku
Hiburlah diriku dengan cahaya matanya
Seperti Kau hiasi dia untukku
Atau, buatlah dia membenciku
Dan keluarganya dengki padaku
Sedang aku akan tetap mencintainya
Meski banyak nian aral melintang
Mereka mencela dan menghina diriku
Dan mengatakan aku hilang ingatan
Sedang Layla sering berdiam diri mengawasi bintang
Menanti kedatangnku
Aduhai, betapa mengherankan
Orang-orang mencela cinta
Dan menganggapnya sebagai penyakit
Yang meluluh-lantakkan dinding ketabahan
Aku berseru pada Singgasana Langit
Berilah kami kebahagiaan dalam cinta
Singkaplah tirai derita
Yang selalu membelenggu kalbu
Bagaimana mungkin aku tidak gila
Bila melihat gadis bermata indah
Yang wajahnya bak mentari pagi bersinar cerah
Menggapai balik bukit, memecah kegelapan malam
Keluargaku berkata
Mengapakah hatimu wahai Majnun?
Mengapa engaku mencintai gadis
Sedang engkau tidak melihat harapan untuk bersanding
dengannya?
Cinta, kasih dan saying telah menyatu
Mengalir bersama aliran darah di tubuhku
Cinta bukanlah harapan atau ratapn
Walau tiada harapan, aku akan tetap mencintai Layla,
Yang menjadi karib dalam suka maupun duka
Karena Allah akan menghilangkan
Dari kalbu rasa sedih, bingung, dan cemas
Aku tak mampu melepas diri
Dari jeratan tali kasih asmara
Karena Surga menciptakan cinta untukku
Dan aku tidak mampu menolaknya
Sampaikan salamku kepada Layla, wahai angina malam
Katakan, aku akan tetap menunggu
Hingga ajal datang menjelang
Qays
Aku menuruni lembah Wadiyain yang indah
Sebagai seorang tamu dari penghuninya
Aku akan tetap berada di lembah Wadiyain
Menghirup udaranya yang segar dan airnya yang jernih
Aku tidak akan kembali
Kecuali jika di atas ada yang menanti
Disini aku tidak seorang diri
Binatang-binatang liar dan buas menjadi sahabatku
Aku tidak akan ragu
Mengapa aku harus ragu
Bila kasih Layla hanya tertuju padaku
Sahabat karib dan kekasihnya
Mengapa aku harus ragu
Jika jiwaku senantiasa mengharapkan Layla
Sungguh, angina telah dating
Membawa pesan Layla
Ia berjanjil, meski tidak pernah bersua di dunia
Akan tetap menungguku di pintu surga
Sungguh dunia yang indah akan bermuram durja
Bila engkau tidak pernah berkunjung ke rumah seorang
kekasih
Dan tiada seorangpun
Yang dapat menghibur hatimu
Qays
Banyak orang berkata
Bersenanglah engkau dengan gadis lain
Itu adalah kata pelipur-lara
Namun menjadi duri dalam hatiku
Kukatakan kepada mereka
Dengan air mata berderai
Dan hatiku hancur luluh
Sayap cinta telah memeluk
Dan membawa jiwaku terbang
Aku mencintai Layla
Dan tidak tertarik pada gadis lain
Pandanganku telah tertunduk, dan mata terpejam
Kepada selain Layla
Wahai Layla ulurkanlah tanganmu
Untuk menyambut kasihku
Kalbu penuh asmara
Kuberikan padamu
Mungkin engkau diberi dua cawan minuman
Satu cawan yang satu berisi anggur kesenangan
Agar engkau rela menerima pinangan orang lain sebagai
gantiku
Duh kekasihku
Kuingatkan dirimu
Jangan rusakkan hubungan
Yang orang lain selalu ingin menyempurnakan
Kelak engkau akan melihat
Beda antara cinta dan nafsu
Wahai Layla, nafsu akan melemahkan hati
Ia akan terus menggoda nda merayu
Namun kelak akan menyesal
Sedih tak berkesudahan
Jiwa yang dipenuhi kebencian
Tak akan pernah menjadi mulia
Ia tak akan puas
Bila yang diharapkan tak didapat
Sedang diriku Layla, Demi Allah
Tali kasih yang telah bersemi
Akan kusiram dan kupupuk
Agar cinta yang engkau berikan tetap terjaga selamanya
Dan aku haramkan atas diriku
Segala yang tidak engkau sukai
Jangan kau biarkan jiwaku hancur karena murkamu
Karena tak sanggup kuterima amarahmu
Sedang gunungpun akan hancur jika engkau marah
Buanglah keraguan dalam dirimu
Karena cinta tidak bias bersanding dengan keraguan
Aku akan selalu menjaga tali cinta kita
Walau engkau tak di sisiku
Namun aku yakin
Cintamu selalu hadir di hatiku
Qays
Bila bulan purnama tenggelam
Atau matahari terlambat terbit
Maka cahaya wajah Layla akan menggantikan sinarnya
Senyumnya bukan hanya berhenti di mulut
Namun menjadi cahaya dari mentari dan sinar purnama
seluruhnya
Rembulan dan matahari akan tersipu malu
Karena cahayanya tak sebanding dengan sinar mata
Layla
Bila ia berkedip, maka bintang kejora akan
menyembunyikan diri
Tidak akan lagi tercipta gadis seperti dia
Dan aku diciptakan hanya untuk dia
Kata-kata pujian yang kuucapkan
Bagai sebutir pasir di gurun sahara
Tak sebanding dengan kecantikannya.
Karena segala kata pujian yang dimiliki jin dan manusia
Tidak sebanding dengan pesonanya
Dia diberi nikmat, dengan segala kebaikan
Bila ia hendak berjalan ke sebuah bukit
Maka seakan bukit itulah yang akan mendekat padanya
Karena sang bukit tidak ingin melihat gadis itu dihinggapi
kelelahan
Layla
Bila kakiku terperosok, aku menyebut namanya
Aku bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia.
Apabila disebut nama Qays
Hilanglah kekuatan jiwaku
Hatiku seperti sirna ditelan namanya
Demi Allah, hamper saja aku gila karena memikirkannya
Dadaku sesak karena rindu
“Kaumku mengancam
Jika Qays tidak berhenti menyebut namaku
Maka darahnya akan tumpah membasahi bumi
Bunuhlah aku dan biarkan Qays
Setelah nyawaku melayang, janganlah kalian
hina ia
Cukup apa yang ia derita karena cinta
Mungkin ia akan menundukkan tidak setia dengan janji
Dan aku tidak mampu mencegahnya
Kucampur tinta dengan airmataku
Untuk menulis surat padanya
Inilah saat perpisahan bagi orang
Yang akan kukurbankan jiwaku untuknya
Aku khawatir jika ajalku tiba
Tak dapat memandang wajahnya
Qays
Jiwa orang yang di mabuk cinta
Akan merasa sakit karena rindu
Sebab pecinta ingin selalu bersama
Tapi halangan tiada ada henti-henti
Pecinta seperti dua ekor kijang di bukit tandus
Walau tiada makanan, tetapi mereka tetap bersama
Atau seperti burung merpati
Walau terbang bebas di angkasa luas
Tetap saja kembali pada kekasihnya
Atau laksana ikan tuna
Tetap tabah walau dipermainkan ombak
Timbul-tenggelam di laut
Walau selalu dicaci dan dicela
Batin menjerit tubuh binasa
Meski lapar dan disia-siakan
Namun jiwa pecinta akan selalu memaafkan
Sebab pecinta tidak membutuhkan pujian
Dan pengorbanan pecinta tidak akan sia-sia
Kulihat bintang kutub dan bintang kejora
Demikian pula cinta
Sekecil apapun, cinta tetap berkuasa di singgasana hati
Dan bagi pecinta
Kebahagiaan dan kesedihan sama indahnya
Karena cinta sejati tidak mengenal kesia-siaan
Jiwaku dan jiwa Layla akan tetap bersama
Andaipun tidak di dunia
Pasti jiwa kami akan bersatu di liang lahat
Dan kelak akan dibangkitkan bersama
Hingga dapat bersatu selama-lamanya
Mataku berkurban untuk Layla dengan segenap curahan
airmata
Berharap liang lahatmu adalah liang lahatku
Agar jenazah kita bersatu
Qays
Apakah yang sedang mengalir dalam jiwaku ini?
Siapakah yang sedang memandangku?
Apakah ia kecantikan bunga mawar?
Walau bunga mawar itu telah dicabut dari taman hatiku
Untuk menjadi penghias taman yang lain
Namun tidak mungkin menjadi layu
Wahai Layla, aku telah dimabukkan oleh rasa cinta
Mana mungkin aku menolak kenikmatan ini
Duduklah di rumpun palem itu, Layla
Agar dapat kunikmati manisnya anggur cintamu
Wahai kemanakah engkau saat aku merana, terusir dan
kehilangan dirimu?
Hidup hanya menjalar sesaat di uratku dan kemudian
bukan milikku sendiri
Tetapi menjadi milikmu
Sejak harapan tidak tersenyum lagi padaku
Aku hanya gisa meratap
Mengenang dan menyesali masa lalu
Aku berteman derita dan hinaan.
Kedukaan tersenyum padaku, dan aku tersenyum
padanya.
Sedang kedukaan membuat engkau ketakutan
Padahal engkau yang telah menciptakannya.
Diriku selallu diliputi kesengsaraan
Sementara engaku mereguk kebahagiaan
Saat pikiranku hanyut dalam pesona wajahmu yang memabukkan
Engkau pergi tanpa mengucapkan salam
Wahai Surga! Biarkan kematian menjauhkan kami!
Kami adalah dua tubuh namun satu hati
Seperti awan musim panas dengan hujan di padang
rumput
Biarkan aku hanyut dalam kesedihan
Asal jangan bairkan cinta Layla hilang dari jiwaku
Wahai Layla
Mungkin sebentar lagi kematian akan menjemput
Dunia akan menulis riwayatku
Mereka akan mengatakan telah kukorbankan diri demi
rembulan indah
Dengan cahaya keperakan
Ia yang telah mengubah malam menjadi mempesona
Ingatkah engkau wahai Layla, saat kita bermain
bersama, mereguk anggur kebahagiaan?
Engkau dengan mata hitam yang indah, memandang
penuh cinta padaku
Dan bibir itu! Akh, aku melihat anggur cinta di sana
Aku melihat betapa bahagia kita berdua!
Tiada seorangpun yang mampu memisahkan kita
Rasa malu dan ketakutan tidak mampu menghancurkan
bunga cinta kita
Kebahagiaan tak terlihat, di kuil pengasingan itu
Tapi bawakan aku anggur!
Biarkan aku mabuk!
Jauhkan kesedihan dari diriku!
Rumah tanpa penerangan adalah penjara
Karena penjara benci dengan cahaya.
Tempat yang cocok untuk hati yang patah
Dan tenggelam dalam kesuraman seperti diriku
Adalah kamar bawah tanah yang jauh dari cahaya
Ya Allah!
Selamatkan aku dari kegelapan yang tiada akhir ini!
Berikan aku satu hari saja kesenangan – satu peristiwa
menyenangkan!
Qays
“Kesengsaraan ini milikku
Kesedihan telah menyatu dalam jiwaku
Kenangan tentang bibir yang begitu manis
Telah membelenggu lidahku untuk mengungkapkan pesonanya
Saat sayap cintaku terluka dan tidak dapat terbang
Burung indah mempesonah yang telah lama aku cari dating di hadapanku
Sesungguhnya, engkau merangkai pesona bidadari
Dana apalah artinya diriku?
Aku tidak mengetahui apapun selain bayanganmu.
Tanpa engkau aku tiada.
Khayalan telah menyatukan kita berdua
Kita melebur menjadi satu
Menyatu dalam ketetapan cinta.
Kita adalah dua tubuh dengan hati yang satu dan jiwa yang sama
Dua lilin dengan satu nyala api murni, semurni surga
Dari bentuk-bentuk yang sama
Digabung menjadi satu
Dua titik menjadi satu
Tiap jiwa mendukung satu sama lain”
Rabu, 20 Januari 2010
Ungkapan Hati Layla Majnum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar