Rabu, 20 Januari 2010

Ungkapan Hati Layla Majnum


Qays

Berlalu masa, saat orang-orang meminta pertolongan padaku
Dan sekarang, adakah seorang penolong yang akan
mengabarkan rahasia jiwa pada Layla ?
Wahai Layla, Cinta telah membuatku lemah tak berdaya
Seperti anak hilang, jau dari keluarga dan tidak memiliki harta
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu dan bebatuan itu akan hancur,
berserak bagai pacahan kaca
Begitulah cinta yang engkau bawa padaku
Dan kini hatiku telah hancur binasa
Hingga orang-orang memanggilku si dungu yang suka
merintih dan menangis
Mereka mengatakan aku telah tersesat
Duhai, mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan
diterpa panas mentari
Bagiku cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata
Remaja manakah yang dapat selamat dari api cinta?


Layla

Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian
Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita
Sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa asmara
tersimpan di dalam hati

...
Qays

Layla telah dikurung, dan orang tuanya mengancamku,
Dengan niat jahat lagi kejam, aku tidak bisa bertemu
lagi
Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku,
Bukan karena apapun juga, hanya karena aku
mencintai Layla
Mereka menganggap cinta adalah dosa
Cinta bagi mereka adalah noda yang harus dibasuh
hingga bersih
Padahal kalbuku telah menjadi tawanannya
Dan ia juga merindukanku
Cinta masuk ke dalam sanubari tanpa kami undang
Ia bagaikan ilham dari langit yang menerobos dan bersemayam dalam jiwa kami
Dan kini kami akan mati karena cinta asmara yang telah
melilit seluruh jiwa
Katakanlah padaku, pemuda mana yang bisa bebas dari
penyakit cinta?


Qays


Wahai Layla kekasihku

Berjanjilah pada keagungan cinta agar sayap jiwamu

dapat terbang bebas

Melayanglah bersama cinta laksana anak panah menuju

sasaran

Cinta tidak pernah membelenggu

Karena cinta adalah pembebas, yang akan melepaskan

buhul-buhul keberadaan

Cinta adalah pembebas dari segala belenggu

Walau dalam cinta, setiap cawan adalah kesedihan

Namun jiwa pecinta akan memberi kehidupan baru

Banyak racun yang harus kita teguk untuk menambah

kenikmatan cinta,

Atas nama cinta, racun yang pahit pun terasa manis

Bertahanlah kekasihku, dunia diciptakan untuk kaum

pecinta

Dunia ada karena ada cinta.



Qays


“Wahai angina sampaikan salamku pada Layla!

Tanyakan padanya apakah dia masih mau berjumpa

denganku?

Apakah ia masih memikirkan diriku?

Bukankah telah kukorbankan kebahagiaanku demi

dirinya?

Hingga diri ini terlunta-lunta, sengsara di padang pasir

gersang

Wahai kesegaran pagi yang murni dan indah!

Maukah engkau menyampaikan salam rindu pada

kekasihku.

Belailah rambutnya yang hitam berkilau

Untuk mengungkapkan dahaga cinta yang memenuhi

hatiku

Wahai angina, maukah engkau membawakan

keharuman rambutnya padaku

Sebagai pelepas rindu

Sampaikan pada gadis yang memikat hati itu

Betapa pedih rasa hatiku jika tidak bertemu dengannya

Hingga tak kuat lagi aku menanggung beban kehidupan

Aku merangkak melintasi padang pasir

Tubuh berbalut debu dan darah menetes

Air mataku pun terlalu kering

Karena selalu meratap dan merindukannya

Duhai semilir angina pagi, bisikkan dengan lembut

salamku

Sampaikan padanya pesanku ini :

Duhai Layla, bibirmu yang selaksa merah delima

Mengandung madu dan memancarkan keharuman

surga

Membahagiakan hati yang memandang

Biarkan semua itu menjadi milikku!

Hatiku telah dikuasai oleh pesona jiwamu

Kecantikanmu menusuk hatiku laksana anak panah

Hingga sayap yang sudah patah ini tidak mungkin dapat

terbang

Berbagai bungan warna-warni menjadi layu dan mati

Karena cemburu pada kecantikan parasmu yang

bersinar

Engkau laksana dewi dalam gelimang cahaya

Surgapun akan tertarik untuk mencuri segala keindahan

yang engkau miliki

Karena engkau terlalu indah dan terlalu berharga untuk tinggal di bumi!

Duhai Layla, dirimu selalu dalam pandangan

Siang selalu kupikirkan dan malam selalu menghiasi mimpi

Hanya untukmu seorang jiwaku rela menahan

kesedihan dan kehancuran

Jeritanku menembus cakrawala

Memanggil namamu sebagai pengobat jiwa, penawar

Kalbu

Tahukah engkau, tahi lalat di dagumu itu seperti sihir

yang tidak bisa aku hindari

Ia menjadi seumber kebahagiaan yang telah memikatku

untuk selalu mengenangmu

Membuat insane yang lemah ini tidak lagi mempunyai

jiwa

Karena jiwaku telah tergadaikan oleh pesonamu yang

memabukkan

Jiwaku telah terbeli oleh gairah dan kebahagiaan cinta

yang engkau berikan

Dan demi rasa cintaku yang mendalam

Aku rela berada di puncak gunung salju yang dingin

seorang diri

Berteman lapar, menahan dahaga

Wahai kekasihku, hidupku yang tidak berharga ini suatu

saat akan lenyap

Tetapi biarkan pesonamu tetap abadi selamanya adi

hatiku



Qays


Duhai, betapa besar bahaya yang menghadang agar

dapat berjumpa denganmu

Kukorbankan semua yang aku miliki

Kuubah diriku, hingga engkau pun tidak mengenaliku

Kuayunkan langkah dengan tetes air mata

Dan setelah memasuki perkampunganmu

Kubuang semua tanda-tanda yang membuat orang

mengenaliku

Kuikat diriku dengan rantai, bagai budak belian

Berjalan sambil menengadahkan tangan, meminta

sedekah

Dan bocah-bocah itu tidak suka melihatku

Mereka berkumpul mengelilingiku

Menghardik dan melempariku, seperti anjing berbahaya.

Kini aku datang di dekatmu

Duhai Layla, tak mampu kutahan air mata yang menetes

Kasihanilah kelemahanku

Karena begitu berat penderitaanku



Qays


Kerabat dan handai-taulan mencelaku

Karena aku telah dimabukkan oleh kecantikan Layla

Ayah, putera-puteri paman dan bibi

Mencela dan menghardik diriku

Mereka tidak mampu membedakan cinta dengan hawa

nafsu

Nafsu mengatakan pada mereka, keluarga kami

berseteru

Mereka tidak tahu, dalam cinta tidak ada seteru atau

sahabat

Cinta hanya mengenal kasih sayang

Kubertanya dalam kalbu, ada pakah gerangan?

Keluarga Layla tak akan menjual anak gadisnya

Berapapun harga yang ditawarkan

Dan keluargaku tak hendak membeli

Semoga Allah menakdirkan kebaikan bagi kami

Dengan kerinduan mendalam yang selalu aku

simpan

Semoga kelak kami dipertemukan

Tidakkah mereka mengetahui?

Kini jiwaku telah terbagi

Satu belahan adalah diriku

Sedang yang lain telah ku isi untuknya

Tiada bersisa selain untuk kami.

Wahai burung-burung merpati yang terbang di

angkasa

Wahai negeri Irak yang damai

Tolonglah aku

Sembuhkanlah rasa gundah-gulana yang membuat

kalbu tersiksa

Dengarkanlah tangisanku, suara batinku

Duhai, mereka menyampaikan kabar buruk

Layla sakit karena guna-guna

Mereka tidak tahu, sesungguhnya akulah tabib yang

ia perlukan

Akulah yang mampu mengobati penyakitnya

Waktu terus berlalu, usia semakin menua

Namun jiwaku yang telah terbakar rindu

Belum sembuh jua

Bahkan semakin parah

Bila kami ditakdirkan berjumpa

Akan kugandeng lengannya

Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian

Sambil memanjatkan doa-doa pujian pada Allah

Ya Raab, telah kaujadikan Layla

Angan-angan dan harapanku

Hiburlah diriku dengan cahaya matanya

Seperti Kau hiasi dia untukku

Atau, buatlah dia membenciku

Dan keluarganya dengki padaku

Sedang aku akan tetap mencintainya

Meski banyak nian aral melintang

Mereka mencela dan menghina diriku

Dan mengatakan aku hilang ingatan

Sedang Layla sering berdiam diri mengawasi bintang

Menanti kedatangnku

Aduhai, betapa mengherankan

Orang-orang mencela cinta

Dan menganggapnya sebagai penyakit

Yang meluluh-lantakkan dinding ketabahan

Aku berseru pada Singgasana Langit

Berilah kami kebahagiaan dalam cinta

Singkaplah tirai derita

Yang selalu membelenggu kalbu

Bagaimana mungkin aku tidak gila

Bila melihat gadis bermata indah

Yang wajahnya bak mentari pagi bersinar cerah

Menggapai balik bukit, memecah kegelapan malam

Keluargaku berkata

Mengapakah hatimu wahai Majnun?

Mengapa engaku mencintai gadis

Sedang engkau tidak melihat harapan untuk bersanding

dengannya?

Cinta, kasih dan saying telah menyatu

Mengalir bersama aliran darah di tubuhku

Cinta bukanlah harapan atau ratapn

Walau tiada harapan, aku akan tetap mencintai Layla,

Yang menjadi karib dalam suka maupun duka

Karena Allah akan menghilangkan

Dari kalbu rasa sedih, bingung, dan cemas

Aku tak mampu melepas diri

Dari jeratan tali kasih asmara

Karena Surga menciptakan cinta untukku

Dan aku tidak mampu menolaknya

Sampaikan salamku kepada Layla, wahai angina malam

Katakan, aku akan tetap menunggu

Hingga ajal datang menjelang



Qays


Aku menuruni lembah Wadiyain yang indah

Sebagai seorang tamu dari penghuninya

Aku akan tetap berada di lembah Wadiyain

Menghirup udaranya yang segar dan airnya yang jernih

Aku tidak akan kembali

Kecuali jika di atas ada yang menanti

Disini aku tidak seorang diri

Binatang-binatang liar dan buas menjadi sahabatku

Aku tidak akan ragu

Mengapa aku harus ragu

Bila kasih Layla hanya tertuju padaku

Sahabat karib dan kekasihnya

Mengapa aku harus ragu

Jika jiwaku senantiasa mengharapkan Layla

Sungguh, angina telah dating

Membawa pesan Layla

Ia berjanjil, meski tidak pernah bersua di dunia

Akan tetap menungguku di pintu surga

Sungguh dunia yang indah akan bermuram durja

Bila engkau tidak pernah berkunjung ke rumah seorang

kekasih

Dan tiada seorangpun

Yang dapat menghibur hatimu



Qays


Banyak orang berkata

Bersenanglah engkau dengan gadis lain

Itu adalah kata pelipur-lara

Namun menjadi duri dalam hatiku

Kukatakan kepada mereka

Dengan air mata berderai

Dan hatiku hancur luluh

Sayap cinta telah memeluk

Dan membawa jiwaku terbang

Aku mencintai Layla

Dan tidak tertarik pada gadis lain

Pandanganku telah tertunduk, dan mata terpejam

Kepada selain Layla

Wahai Layla ulurkanlah tanganmu

Untuk menyambut kasihku

Kalbu penuh asmara

Kuberikan padamu

Mungkin engkau diberi dua cawan minuman

Satu cawan yang satu berisi anggur kesenangan

Agar engkau rela menerima pinangan orang lain sebagai

gantiku

Duh kekasihku

Kuingatkan dirimu

Jangan rusakkan hubungan

Yang orang lain selalu ingin menyempurnakan

Kelak engkau akan melihat

Beda antara cinta dan nafsu

Wahai Layla, nafsu akan melemahkan hati

Ia akan terus menggoda nda merayu

Namun kelak akan menyesal

Sedih tak berkesudahan

Jiwa yang dipenuhi kebencian

Tak akan pernah menjadi mulia

Ia tak akan puas

Bila yang diharapkan tak didapat

Sedang diriku Layla, Demi Allah

Tali kasih yang telah bersemi

Akan kusiram dan kupupuk

Agar cinta yang engkau berikan tetap terjaga selamanya

Dan aku haramkan atas diriku

Segala yang tidak engkau sukai

Jangan kau biarkan jiwaku hancur karena murkamu

Karena tak sanggup kuterima amarahmu

Sedang gunungpun akan hancur jika engkau marah

Buanglah keraguan dalam dirimu

Karena cinta tidak bias bersanding dengan keraguan

Aku akan selalu menjaga tali cinta kita

Walau engkau tak di sisiku

Namun aku yakin

Cintamu selalu hadir di hatiku



Qays


Bila bulan purnama tenggelam

Atau matahari terlambat terbit

Maka cahaya wajah Layla akan menggantikan sinarnya

Senyumnya bukan hanya berhenti di mulut

Namun menjadi cahaya dari mentari dan sinar purnama

seluruhnya

Rembulan dan matahari akan tersipu malu

Karena cahayanya tak sebanding dengan sinar mata

Layla

Bila ia berkedip, maka bintang kejora akan

menyembunyikan diri

Tidak akan lagi tercipta gadis seperti dia

Dan aku diciptakan hanya untuk dia

Kata-kata pujian yang kuucapkan

Bagai sebutir pasir di gurun sahara

Tak sebanding dengan kecantikannya.

Karena segala kata pujian yang dimiliki jin dan manusia

Tidak sebanding dengan pesonanya

Dia diberi nikmat, dengan segala kebaikan

Bila ia hendak berjalan ke sebuah bukit

Maka seakan bukit itulah yang akan mendekat padanya

Karena sang bukit tidak ingin melihat gadis itu dihinggapi

kelelahan





Layla


Bila kakiku terperosok, aku menyebut namanya

Aku bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia.

Apabila disebut nama Qays

Hilanglah kekuatan jiwaku

Hatiku seperti sirna ditelan namanya

Demi Allah, hamper saja aku gila karena memikirkannya

Dadaku sesak karena rindu


“Kaumku mengancam

Jika Qays tidak berhenti menyebut namaku

Maka darahnya akan tumpah membasahi bumi

Bunuhlah aku dan biarkan Qays

Setelah nyawaku melayang, janganlah kalian

hina ia

Cukup apa yang ia derita karena cinta

Mungkin ia akan menundukkan tidak setia dengan janji

Dan aku tidak mampu mencegahnya

Kucampur tinta dengan airmataku

Untuk menulis surat padanya

Inilah saat perpisahan bagi orang

Yang akan kukurbankan jiwaku untuknya

Aku khawatir jika ajalku tiba

Tak dapat memandang wajahnya



Qays


Jiwa orang yang di mabuk cinta

Akan merasa sakit karena rindu

Sebab pecinta ingin selalu bersama

Tapi halangan tiada ada henti-henti

Pecinta seperti dua ekor kijang di bukit tandus

Walau tiada makanan, tetapi mereka tetap bersama

Atau seperti burung merpati

Walau terbang bebas di angkasa luas

Tetap saja kembali pada kekasihnya

Atau laksana ikan tuna

Tetap tabah walau dipermainkan ombak

Timbul-tenggelam di laut

Walau selalu dicaci dan dicela

Batin menjerit tubuh binasa

Meski lapar dan disia-siakan

Namun jiwa pecinta akan selalu memaafkan

Sebab pecinta tidak membutuhkan pujian

Dan pengorbanan pecinta tidak akan sia-sia

Kulihat bintang kutub dan bintang kejora

Demikian pula cinta

Sekecil apapun, cinta tetap berkuasa di singgasana hati

Dan bagi pecinta

Kebahagiaan dan kesedihan sama indahnya

Karena cinta sejati tidak mengenal kesia-siaan

Jiwaku dan jiwa Layla akan tetap bersama

Andaipun tidak di dunia

Pasti jiwa kami akan bersatu di liang lahat

Dan kelak akan dibangkitkan bersama

Hingga dapat bersatu selama-lamanya

Mataku berkurban untuk Layla dengan segenap curahan

airmata

Berharap liang lahatmu adalah liang lahatku

Agar jenazah kita bersatu



Qays


Apakah yang sedang mengalir dalam jiwaku ini?

Siapakah yang sedang memandangku?

Apakah ia kecantikan bunga mawar?

Walau bunga mawar itu telah dicabut dari taman hatiku

Untuk menjadi penghias taman yang lain

Namun tidak mungkin menjadi layu

Wahai Layla, aku telah dimabukkan oleh rasa cinta

Mana mungkin aku menolak kenikmatan ini

Duduklah di rumpun palem itu, Layla

Agar dapat kunikmati manisnya anggur cintamu

Wahai kemanakah engkau saat aku merana, terusir dan

kehilangan dirimu?

Hidup hanya menjalar sesaat di uratku dan kemudian

bukan milikku sendiri

Tetapi menjadi milikmu

Sejak harapan tidak tersenyum lagi padaku

Aku hanya gisa meratap

Mengenang dan menyesali masa lalu

Aku berteman derita dan hinaan.

Kedukaan tersenyum padaku, dan aku tersenyum

padanya.

Sedang kedukaan membuat engkau ketakutan

Padahal engkau yang telah menciptakannya.

Diriku selallu diliputi kesengsaraan

Sementara engaku mereguk kebahagiaan

Saat pikiranku hanyut dalam pesona wajahmu yang memabukkan

Engkau pergi tanpa mengucapkan salam

Wahai Surga! Biarkan kematian menjauhkan kami!

Kami adalah dua tubuh namun satu hati

Seperti awan musim panas dengan hujan di padang

rumput

Biarkan aku hanyut dalam kesedihan

Asal jangan bairkan cinta Layla hilang dari jiwaku

Wahai Layla

Mungkin sebentar lagi kematian akan menjemput

Dunia akan menulis riwayatku

Mereka akan mengatakan telah kukorbankan diri demi

rembulan indah

Dengan cahaya keperakan

Ia yang telah mengubah malam menjadi mempesona

Ingatkah engkau wahai Layla, saat kita bermain

bersama, mereguk anggur kebahagiaan?

Engkau dengan mata hitam yang indah, memandang

penuh cinta padaku

Dan bibir itu! Akh, aku melihat anggur cinta di sana

Aku melihat betapa bahagia kita berdua!

Tiada seorangpun yang mampu memisahkan kita

Rasa malu dan ketakutan tidak mampu menghancurkan

bunga cinta kita

Kebahagiaan tak terlihat, di kuil pengasingan itu

Tapi bawakan aku anggur!

Biarkan aku mabuk!

Jauhkan kesedihan dari diriku!

Rumah tanpa penerangan adalah penjara

Karena penjara benci dengan cahaya.

Tempat yang cocok untuk hati yang patah

Dan tenggelam dalam kesuraman seperti diriku

Adalah kamar bawah tanah yang jauh dari cahaya

Ya Allah!

Selamatkan aku dari kegelapan yang tiada akhir ini!

Berikan aku satu hari saja kesenangan – satu peristiwa

menyenangkan!



Qays


“Kesengsaraan ini milikku

Kesedihan telah menyatu dalam jiwaku

Kenangan tentang bibir yang begitu manis

Telah membelenggu lidahku untuk mengungkapkan pesonanya

Saat sayap cintaku terluka dan tidak dapat terbang

Burung indah mempesonah yang telah lama aku cari dating di hadapanku

Sesungguhnya, engkau merangkai pesona bidadari

Dana apalah artinya diriku?

Aku tidak mengetahui apapun selain bayanganmu.

Tanpa engkau aku tiada.

Khayalan telah menyatukan kita berdua

Kita melebur menjadi satu

Menyatu dalam ketetapan cinta.

Kita adalah dua tubuh dengan hati yang satu dan jiwa yang sama

Dua lilin dengan satu nyala api murni, semurni surga

Dari bentuk-bentuk yang sama

Digabung menjadi satu

Dua titik menjadi satu

Tiap jiwa mendukung satu sama lain”


0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar